Sahabat Argopuro… kali ini admin akan share dokumentasi /
foto tempo doeloe sekitaran tahun 1920 sampai 1950 an pada pegunungan hyang Argopuro
3088, tepatnya pada zaman kolonial Belanda.
Argopuro dengan medan dan
trek yang luar biasa panjang ini ternyata tidak menyurutkan tekad para Meneer / Mijnheer Belanda (Meneer : tuan) untuk menikmati keindahan alam Argopuro.
Makanya tidak heran kalau mereka para koloni belanda sampai menyempatkan diri untuk membuat lapangan terbang seperti pada savana Cikasur Argopuro.
Karena mungkin selain menikmati keindahan alam mereka juga menyukai daging rusa atau kijang yang pada waktu itu sangat banyak terdapat di pegunungan hyang Argopuro untuk dibawa pulang ke Negara mereka Netherlands.
Makanya tidak heran kalau mereka para koloni belanda sampai menyempatkan diri untuk membuat lapangan terbang seperti pada savana Cikasur Argopuro.
Karena mungkin selain menikmati keindahan alam mereka juga menyukai daging rusa atau kijang yang pada waktu itu sangat banyak terdapat di pegunungan hyang Argopuro untuk dibawa pulang ke Negara mereka Netherlands.
Dan para Meneer Belanda tersebut
mempunyai sebutan tersendiri untuk gunung Argopuro yaitu: Ijang Geberte, artinya sendiri admin masih coba browse dulu atau barangkali karena banyak kijangnya
sehingga diberilah nama Ijang hemmm…
Namun kita flashback dulu
pada jaman koloni masih berkuasa di Indonesia, admin masih teringat banget
sambil berusaha menahan tawa sekaligus sedih akan kisah-kisah yang diceritakan
oleh para sepuh yang tinggal di sekitaran Lereng Argopuro (Situbondo),
Dimulai dari cerita bahwa para tuan belanda yang rata-rata berpostur tinggi harus membungkukkan badan sewaktu akan memasuki pintu rumah-rumah penduduk.
Tidak boleh ada penduduk yang berbincang-bincang secara berkelompok karena akan dicurigai sebagai ekstremis atau pemberontak, hingga derita pembodohan berkepanjang yang dialami masyarakat desa.
Dimulai dari cerita bahwa para tuan belanda yang rata-rata berpostur tinggi harus membungkukkan badan sewaktu akan memasuki pintu rumah-rumah penduduk.
Tidak boleh ada penduduk yang berbincang-bincang secara berkelompok karena akan dicurigai sebagai ekstremis atau pemberontak, hingga derita pembodohan berkepanjang yang dialami masyarakat desa.
Tersebutlah bahwa pada zaman
itu ada kode-kode rahasia yang di aktifkan oleh penjajah belanda dengan isu
akan adanya bom pada waktu-waktu tertentu, semisal pada saat selesai panen raya,
baik Padi maupun Jagung atau panen hasil bumi lainnya, maka akan ada kode
sirine yang dibunyikan.
Saat sirine berbunyi seluruh masyarakat desa menjadi ketakutan hingga bersembunyi di kolong tempat tidur atau ruangan bawah tanah yang sudah dipersiapkan sambil menggigit sabut kelapa.
Kemudian setelah suasana sunyi dan sepi terdengarlah deru suara kendaraan berat truk, dan itu semakin membuat mereka ketakutan.
Saat sirine berbunyi seluruh masyarakat desa menjadi ketakutan hingga bersembunyi di kolong tempat tidur atau ruangan bawah tanah yang sudah dipersiapkan sambil menggigit sabut kelapa.
Kemudian setelah suasana sunyi dan sepi terdengarlah deru suara kendaraan berat truk, dan itu semakin membuat mereka ketakutan.
Kejadian-kejadian seperti
tersebut diatas berlangsung hingga sekian lama hingga belanda di gantikan oleh saudara tua Jepang.
Dan akhirnya penduduk mulai mengerti bahwa isu bom tersebut adalah suatu taktik Belanda saat akan membawa hasil bumi dari daerah-daerah kakuasaannya untuk dibawa ke Negaranya sendiri.
Dan akhirnya penduduk mulai mengerti bahwa isu bom tersebut adalah suatu taktik Belanda saat akan membawa hasil bumi dari daerah-daerah kakuasaannya untuk dibawa ke Negaranya sendiri.
Dan sebelum larut dengan
cerita-cerita tempo dulu, dibawah ini adalah foto atau dokumentasi para tuan
Belanda saat berada di pegunungan Ijang Argopuro.
Danau taman hidup Argopuro
berada di kawasan wilayah Probolinggo
Jawa Timur
|
Adapun data-data tentang
pegunungan Hyang Argopuro sampai saat ini masih tersimpan rapi di Tropenmuseum Amsterdam
– Belanda.
Dan mudah-mudahan suatu saat nanti arsip tersebut bisa ditelaah kembali oleh para pakar sejarah Indonesia guna lebih mengenal dan memastikan kondisi alam pegunungan Hyang Argopuro pada jaman dahulu.
Sehingga dapat menjadi tambahan keilmuan dan referensi bagi generasi selanjutnya, bahwa Argopuro pernah mempunyai kekayaan alam yang melimpah dan pernah menjadi bagian dari semboyan Negeri yang Subur Makmur dengan kekayaan alam yang melimpah atau Gemah Ripah Loh Jinawi.
Dan mudah-mudahan suatu saat nanti arsip tersebut bisa ditelaah kembali oleh para pakar sejarah Indonesia guna lebih mengenal dan memastikan kondisi alam pegunungan Hyang Argopuro pada jaman dahulu.
Sehingga dapat menjadi tambahan keilmuan dan referensi bagi generasi selanjutnya, bahwa Argopuro pernah mempunyai kekayaan alam yang melimpah dan pernah menjadi bagian dari semboyan Negeri yang Subur Makmur dengan kekayaan alam yang melimpah atau Gemah Ripah Loh Jinawi.
Salam 3088 !!!
No comments